Dr. Mansur, M.Kes
Akademisi dan Praktisi Olahraga
Mansport.com/ Banda Aceh –Di balik sorakan di lapangan olahraga dan rutinitas di ruang kelas, ada sosok yang kerap luput dari sorotan publik: guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK). Dengan seragam olahraga dan peluit di tangan, mereka seolah hanya pengajar gerak motorik dan kebugaran. Padahal, di balik kesederhanaan itu tersimpan pengabdian ganda yang kompleks yaitu mendidik dengan hati sekaligus melatih dengan semangat prestasi.
Guru PJOK bukan sekadar penyampai materi kurikulum. Mereka adalah arsitek karakter yang membentuk generasi disiplin, sportif, bermental tangguh, dan berjiwa kerja sama. Nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kebersamaan, serta daya juang, dipupuk melalui permainan, latihan, dan aktivitas jasmani. Dalam dunia pendidikan modern yang sarat tantangan, kehadiran mereka menjadi kunci keseimbangan dalam membina intelektualitas sekaligus menjaga kesehatan fisik dan mental peserta didik.
Antara Lapangan dan Administrasi
Pengabdian guru PJOK tidak berhenti di lapangan. Di era kurikulum berbasis kompetensi, mereka juga dituntut piawai dalam menyusun perangkat pembelajaran, membuat modul latihan, menyiapkan evaluasi, hingga mengintegrasikan nilai pendidikan karakter dalam setiap aktivitas jasmani. Tumpukan administrasi yang kian kompleks tidak menyurutkan semangat mereka untuk menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Bagi mereka, kelas PJOK bukan sekadar ajang olahraga rutin, melainkan wadah mendidik manusia seutuhnya yang sehat jasmani, kuat mental, dan matang karakter. Inilah keunikan peran guru PJOK dalam kiprahnya terjalin perpaduan antara pendidik akademis, pelatih fisik, sekaligus motivator kehidupan.
Inspirator dan Mediator
Menurut Dr. Mansur, M.Kes, akademisi sekaligus praktisi olahraga Aceh, guru PJOK memiliki peran strategis yang sering kali tidak terukur oleh angka-angka. “Guru PJOK bukan hanya pengajar, mereka adalah inspirator dan arsitek pembentukan karakter sehat serta atlet tangguh. Tugas ganda ini menuntut keseriusan, dedikasi, dan kecintaan pada profesi,” ungkapnya.
Lebih dari sekadar mengajarkan keterampilan gerak, guru PJOK dituntut menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menyalakan kreativitas siswa, dan memotivasi mereka untuk terus aktif. Dari tangan guru PJOK, banyak lahir atlet muda yang meraih prestasi di tingkat daerah hingga nasional. Bahkan, tidak sedikit siswa yang akhirnya menjadikan olahraga sebagai jalan hidup dan karier.
Minim Apresiasi, Besar Kontribusi
Ironisnya, di tengah besarnya kontribusi tersebut, penghargaan terhadap guru PJOK masih jauh dari layak. Dari sisi finansial hingga pengakuan profesi, mereka kerap ditempatkan di pinggiran. Banyak yang harus bekerja ekstra, mengorbankan waktu dan tenaga, bahkan merogoh kantong pribadi demi mendukung kegiatan siswa. Namun, semangat pengabdian tidak pernah padam. Bagi mereka, tugas ini adalah investasi besar untuk masa depan bangsa.
Hal ini menunjukkan paradoks: di satu sisi, guru PJOK dituntut untuk menghasilkan generasi sehat dan berprestasi, namun di sisi lain, mereka belum memperoleh penghargaan proporsional atas jerih payahnya. Kondisi ini semestinya menjadi perhatian serius pemerintah, dunia pendidikan, maupun stakeholder olahraga.
Dimensi Akademis dan Sportivitas
Keberadaan guru PJOK juga menyimpan dimensi akademis yang tinggi. Mereka bukan hanya pengajar praktik, tetapi juga perancang program latihan yang terukur, berbasis ilmu fisiologi olahraga, psikologi, hingga prinsip periodisasi. Dengan bekal ini, guru PJOK menjembatani dunia pendidikan dan arena kompetisi.
Peran mereka strategis dalam menjaga agar olahraga di sekolah tidak berhenti sebagai kegiatan rekreatif, tetapi menjadi jalan pembinaan prestasi jangka panjang. Guru PJOK-lah yang memastikan siswa berkembang sesuai potensi, terarah dalam latihan, dan siap menapaki jalur prestasi dengan pondasi ilmiah yang kuat.
Garda Terdepan Pembentukan Generasi
Pengabdian ganda guru PJOK menyimpan pesan kuat bahwa mereka bukan pelengkap kurikulum, melainkan garda terdepan dalam membentuk generasi sehat, berkarakter, dan berprestasi. Peran ini tidak bisa dikesampingkan, apalagi dipandang sebelah mata.
Saat bangsa menginginkan sumber daya manusia unggul yang sehat jasmani, kuat mental, dan berprestasi di level global, maka peran guru PJOK menjadi semakin vital. Dari ruang kelas hingga lapangan, dari administrasi hingga arena kompetisi, mereka menyalakan cahaya yang menyinari masa depan bangsa.
Harapan dan Pengakuan
Kini, sudah saatnya guru PJOK mendapatkan pengakuan yang setimpal, baik dari sisi moral maupun material. Penghargaan tidak hanya berupa gaji atau tunjangan, tetapi juga dukungan nyata dalam bentuk pelatihan berkelanjutan, akses pada fasilitas olahraga yang memadai, serta ruang pengembangan karier yang jelas.
Pengabdian mereka mungkin senyap, tetapi dampaknya nyata. Di balik setiap siswa yang sehat jasmani, tangguh mental, dan berhasil meraih prestasi, berdiri sosok guru PJOK yang bekerja tanpa banyak kata, namun penuh dedikasi. Lakonan mendidik dan melatih adalah dua wajah pengabdian yang bukan sekadar rutinitas, melainkan kontribusi abadi bagi kemajuan negeri.